Musik dan Ketenangan Jiwa

Gambar: mozaiksufi.blogspot.com

Nuraniku terketuk, mata batinku terbuka oleh goresan tangan seorang teman yang mengingatkan bahwa kami – saya dan beberapa kawan mempunyai komitmen untuk menulis dalam #WritingChallenge. Di akhir tulisannya – Tak Ada Musik Islami, Aam menulis tagar; #Tulisan Wc ke-11 yang hampir kolaps karena kesibukan yang tak jelas.

***

Selesai membaca tulisan Aam yang membahas tentang musik islami, tergerak hati saya untuk bertanya kepada Mbah Google tentang music islami. Kemudia saya ketik keyword Musik dan Islam. Setelah diklik, muncul artikel-artikel yang membahas tentang hukum bermain dan mendengarkan musik. Kebanyakan isi dari artikel-artikel itu melarang kita untuk mendengarkan musik atau memainkan alat-alat musik, tentu dengan menyitir beberapa ayat dalam Al Qur;an dan Hadis.

Sampai saya menemukan satu artikel yang menarik, Halal-Haram Musikmenurut Al-Qur’an dan Sunnah dalam website sangpencerah.com. Ulasan di dalamnya lebih arif dalam membahas hukum musik, yang mencoba memberikan gambaran secara jelas tentang pendapat-pendapat ulama dalam menafsirkan beberapa dalil (Al Qur’an dan Hadis) yang ada kaitannya dengan musik. Dan ternyata para Ulama berbeda pendapat tentang boleh tidaknya mendengarkan music atau memainkan alat musik.

Beberapa Ulama yang mengharamkan musik diantaranya adalah Abdullah bin Mas’ud, Abdullah bin Al-Abbas, Jabir bin Abdillah, Mujahid dan Ikrimah dengan mengajukan hujjah dari Al Qur’an dan Hadis. Sedangkan beberapa Ulama yang tidak mengharamkan nyanyian dan musik juga mempunyai hujjah yang justru mengkritisi dalil-dalil yang digunakan oleh pihak yang mengharamkan. Para Ulama ini menyatakan bahwa semua dalil yang dipakai (untuk mengharamkan), meski jumlahnya banyak, tapi tak satu pun yang tepat sasaran, seperti Adh-Dhahhak Al Hasan dan Ibn Hazm.

Kemudian saya teringat kepada beberapa Ulama Indonesia yang sangat familiar dengan dunia musik, seperti Habib Luthfi yang bisa bermain gitar dan Gus Dur yang sangat menyukai simfoni nomor 9 Beethoven dan simfoni nomor 4 Mozart. Bahkan ketika dalam keadaan kritis, Gus Dur meminta didengarkan musik Beethoven (Baca: Di Saat Kritis pun, Gus Dur minta Didengarkan MusikBeethoven).

Gus Dur dan Habib Luthfi tak kalah dengan Jalaludin Rumi yang menggemari musik dengan mengambil suara ‘Ney’, seruling untuk mengiringi Whirling Dervishes atau Sama, tarian spiritual dengan cara berputar-putar. Nada-nada ‘Ney’ yang mendayu menciptakan nuansa-nuansa religiusitas yang amat kuat dan menggetarkan. Ketika memutar-mutarkan tubuhnya, penari menanggalkan semua emosinya serta pikiran-pikiran duniawi. Jiwanya hanyut, tenggelam dan larut dalam kerinduan dan kecintaan yang meluap-luap kepada Tuhan. Tarian dengan iringan Ney ini sering disebut sebagai “tarekat” Maulawiyah.

Begitu pun Al Ghazali yang memberikan apresiasi tinggi terhadap musik. Dalam master piece-nya dia berkata: “Orang yang jiwanya tak tergerak oleh semilir angin, bunga-bunga, dan suara seruling musim semi, adalah dia yang kehilangan jiwanya yang sulit terobati”. (Ihya Ulum al-Din, II/275).

Di antara perbedaan fatwa para Ulama tentang boleh/tidak mendengarkan dan atau memainkan alat musik, ternyata banyak para Ulama sangat menikmati alunan musik, bahkan ahli memainkannya. Saya termasuk orang yang hanya bisa menikmati musik, tanpa bisa memainkan alat-alat musik.

***

Perkenalan saya dengan musik tak lepas dari Ayah saya yang dulu sering memutar musik di rumah. Bukan musik klasik, tetapi dangdut yang saat itu dipopulerkan oleh Rhoma Irama. Karena Ayah saya adalah salah satu penggemar Bang Haji.

Setiap hari selalu ada suara Bang Haji beserta alunan gendang dari OM Soneta menggema di semua sudut rumah. Mulai dari lagu Lari Pagi, Bahtera Cinta, Judi, Bujangan, Darah Muda, Gelandangan, Gitar Tua sampai Haji. Koleksi albumnya pun lumayan lengkap. Kalau dulu masih dalam bentuk kaset, sekarang ini sudah dalam bentuk mp3 yang disimpan di dalam laptop. Selain lagunya Bang Haji, juga ada beberapa lagu dari Meggy Z, Elvy Sukaesih,dan beberapa artis dangdut di zamannya.

Karena terbiasa ikut mendengarkan lagu-lagu itu, jiwa musik (dangdut) saya mulai tumbuh. Beberapa lagu hits dari Bang Haji mulai saya hafal. Memang cukup beragam tema-tema lagunya, ada cinta-cintaan, nasionalisme, kritik sosial sampai lagu-lagu dakwah.

Tapi ternyata selera musik saya tidak hanya dangdut. Saat di sekolah dasar mulai mengenal genre musik lainnya, seperti pop, rock, dan slow rock (Malaysia). Awalnya saya mulai tertarik dengan Jamrud, karena waktu itu sedang populernya lagu Surti Tejo. Setiap hari ketika istirahat atau jam kosong, selalu nyanyi rame-rame. Cukup meja kursi sebagai alat pengiring sudah mampu membuat semua teman bernyanyi. Selain Jamrud, ada juga Peterpan yang sedang naik daun lewat lagu Ada Apa Denganmu.

Selain suka dengan musik dangdut dan pop, saya juga mulai suka dengan slow rock Malaysia ketika di Madrasah Tsanawiyah. Penyebabnya, teman sebangku saya sering menyanyikan lagu-lagu New Boyz (salah satu grup band Malaysia), bahkan sampai punya buku kumpulan lagu-lagu Malaysia. Ada beberapa lagu favorit, seperti Sejarah Mungkin Berulang, Habis Manis Sepah Dibuang, Ku Miliki Jua dan Andaikan Kau Terima. Kebanyakan bertema cinta-cintaan.

Kebiasaan saat SD pun terulang kembali, nyanyi di waktu istirahat atau jam kosong, bahkan ketika pelajaran berlangsung. Lagu-lagu itu dinyanyikan berbarengan dengan lagu Satu milik Dewa yang saat itu juga lagi ngehits dah bahkan ada yang menilai lirik lagunya kontroversial. Lagu-lagu New Boyz, Dewa, Peterpan, Jamrud bertahan sampai saat saya duduk di Madrasah Aliyah. Saat itu juga Ungu mulai unjuk gigi dengan lagu Demi Waktu.

***

Selalu ada cara untuk menikmati musik. Entah sebagai nyanyian jiwa yang sedang suka maupun lara, sebagai ungkapan cinta kepada sang kekasih, sebagai penenang jiwa, atau sebagai pengobat rindu.


Benar apa kata Al Ghazali, musik dapat meningkatkan gairah jiwa. Ia mengajak para pembacanya untuk merenungkan suara-suara burung nuri atau burung-burung yang lain. Bahkan lebih tegas lagi ia berkata:
“Mendengarkan musik penting bagi seorang yang hatinya dikuasai oleh cinta kepada Tuhan, supaya api cintanya berkobar-kobar. Tetapi bagi orang yang hatinya dipenuhi cinta hasrat duniawi yang fana, mendengarkan musik merupakan racun yang mematikan, memalingkan dari Tuhan, melalaikan-nya, maka itu haram.” []
Musik dan Ketenangan Jiwa Musik dan Ketenangan Jiwa Reviewed by Fahmi ASD on 11.54 Rating: 5

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.