Hari
sudah gelap ketika saya dan sahabat-sahabat meninggalkan kontrakan di Jl.
Karonsih Ngaliyan, Sabtu (19/3). Setelah lama menunggu tiga orang sahabat, Gopank, Andi dan
Syafii, akhirnya berangkat juga ke Medini, Kendal. Ya, malam Minggu yang
menyenangkan, Ne-A (istilah untuk nyambangi dedek-dedek gemes yang sedang
Tadabur Alam –TA), heuheu. Saya kira, masih minggu depan, ternyata
tanggal di hape saya yang gak pas, hihi.
Saya
dan tiga orang tadi, ditambah Zaenus, Jarwo, Sofan, Burhan dan Mas Ma’ruf
menunggangi kuda besi menyusuri jalan Ngaliyan-BSB-Mijen-Boja untuk sampai ke
Medini, kebun teh yang ada di lereng gunung Ungaran. Tempat ini memang menjadi
favorit beberapa masyarakat akademis (dedek-dedek SD/SMP/SMA sampai mahasiswa)
untuk menyelenggearakan berbagai kegiatan. Tentu yang ada kaitannya dengan alam
aktivitas di luar ruangan. Ada yang camping, berkemah, hiking sampai Tadabur
Alam. Istilah yang terakhir biasa digunakan sahabat-sahabati PMII sebagai
manifestasi Nilai Dasar Pergerakan (NDP), hablu minal alam.
TA,
tadabur alam, menjadi media paling efektif untuk membentuk solidaritas,
menjalin keakraban antar-anggota baru, juga dengan pengurus dan senior-senior.
Di sana ada forum sarasehan, pentas seni, api unggun, outbond, hiking, dan
wisata alam Curug Lawe. Selain itu juga menyatu dengan alam, merasakan betapa
besar kuasa Allah dan betapa besar karunia yang telah diberikan Sang Pencipta
kepada hambanya, khususnya manusia. Telah diciptakan tumbuhan, buah-buahan, dan
semua alam semesta untuk sebaik-sebaiknya digunakan dan dimanfaatkan manusia
memenuhi kebahagiaannya.
Di
sana, dalam agenda itu, terkadang ada sahabat baru yang hadir, membaur bersama
yang lainnya. Ada juga yang hilang setelahnya karena memang seleksi alam selalu
menjadi tantangan nyata di depan mata. Di sana, dalam TA juga, tak jarang
menyemai kasih sayang untuk semua yang ada.
TA selalu menjadi agenda favorit (bagi sebagian orang, wabil khusus jomblo) sebagai pelipur lara dan penyegar pikiran dan suasana hati. Pun dengan saya waktu itu. Bukan karena saya jomblo, tetapi kebetulan malam Minggu itu ada teman untuk jalan-jalan dan guyon, plus liat dedek gemes, jadi gak kesepian. Hihi..
Dan
Malam itu, sungguh berbeda. Sebagai tokoh utama, sang pelopor PMII Gus Dur – Yangdipertuanagung
Imam Syafii mendapat hidangan istimewa dari sahabat terbaik - Aupek, yang sejak
sore sudah ada di Medini. Ternyata, si tukang kompor Aupek ini sudah
memberikan stimulus dan sedikit promosi tentang sosok Imam Syafii. Terkhusus
kepada D dan A. Bisa dibayangkan bagaimana gaya promosi Aupek di depan
dedek-dedek gemes, dan bisa juga dibayangkan bagaimana imajinasi dedek-dedek
gemes tentang sesosok fenomenal Imam Syafi’i. Sang Pelopor, Pendobrak,
Pembaharu pada zamannya.
Ketika
rombongan sudah datang, aksi mulai dilancarkan. Semua sudah duduk manis di
depan penginapan. Saya menghadap utara bersandar jendela, Gopang di sebelah
kanan, sebelah kiri ada Zaenus. Depan saya Syafii, sebelah kanannya Aupek.
Sebelah kanan Gopang ada Jarwo. Perjamuan kudus dimulai. Di sebelah kiri Zaenus
ada Burhan, Sofan dan Mas Rouf.
Malam
mulai merayap-rayap, sang fajar mengintip tetapi mentari masih enggan
menampakkan sinar. Acara renungan dan refleksi dedek-dedek gemes 2015 bersama
pengurus rayon telah usai. Satu per satu mulai masuk ke penginapan. Di depan
sudah menunggu saya dan sahabat-sahabat untuk melakukan perjamuan kudus bagi
mantan ketua Rayon 2013, Imam Syafi’i. Setiap kader yang mau masuk ke
penginapan harus berjabat tangan dan berkenalan dengan Syafi’i, tidak yang
lain.
Malam
itu, sebuah rencana ‘mulia’ untuk Yangdipertuanagung Imam Syafi’I berjalan
lancar. Semua bahagia, semua tertawa. Kecuali Syafi’I, mungkin. Yang sampai keluar
keringat saat duduk berdekatan dengan A, sambil misoh-misoh dalam hati,
mungkin. Ternyata, orang se-gahar Syafi’i menjadi ciut dan beku otak-fikirannya
ketika di dekat wanita.
(Sengaja tidak diceritakan secera rinci adegan per adegan, tidak digambarkan bagaimana mimik muka Pak Yon Syafi'i yang memerah, bukane wedi kualat, tapi gak kepenak ae, heuheu)
Acara ger-geran,
ngudo roso berlangsung sampai suara adzan terdengar dari Mushola
satu-satunya di kawasan kebun teh itu. Dan tidak ada senior-senior lagi yang
datang kecuali Growol (08), AJII (12) dan EStars (11). []
Tadabur Alam dan Hati yang Terobati
Reviewed by Fahmi ASD
on
12.22
Rating:
ini foto kapan yaa
BalasHapusTadabur Alam kedua, tanggal/bulannya lupa, heuheu
BalasHapus