Kita uda punya adik.
Iki lho meh podo ngeditke g ono wong!
Jari-jari kecil Dul menari di atas keypad hapenya. Di era digital
ini, di saat orang-orang ramai memakai smartphone, pengagum dadakan Saut
Situmorang itu masih setia pada hape bututnya. Dalam sekejap, kata-kata itu
tersebar ke beberapa nomor melalui sms. Besar harapan Dul, akan timbul
kesadaran dan empati dari teman-temanya untuk segera melaksanakan tanggung
jawab kaderisasi, editing. Tapi siapa sangka, jawaban yang datang tak
sesuai harapan.
Lambemu, le!
Ora pernah dikabari dadi pendamping, kok.
Ujug-ujug kon ngeditke!
Ya begitulah, kadang niat baik tak selalu berbalas kebaikan. Maksud
Dul baik, ingin mengingatkan tentang tugas dan tanggung jawab, malah mendapat
cacian. Semua balasan tak ada yang enak dibaca, dan semua bermuara pada satu
hal, komunikasi.
***
Ilustrasi di atas memang disengaja, dan mohon maaf bila ada
kesamaan cerita, nama tokoh dan tempat kejadian.
Seminggu lalu, telah terlaksana Muktamar LPM Edukasi XXII dan
terpilih Pimpinan Umum baru untuk melanjutkan perjuangan. Bukan hanya pimpinan
baru, akan ada struktur baru tetapi dengan orang-orang yang sama. Ini bisa menjadi
tantangan, ancaman dan juga kekuatan.
Di satu sisi, jika semua telah mengerti karakter masing-masing,
maka kerja sama dan bekerja bersama-sama akan bisa terwujud dengan mudah.
Tetapi ketika rasa ewoh, serik dan sekarepedewe masih bertahta dalam
masing-masing pribadi, ini menjadi ancaman.
Mungkin empat hal berikut bisa menjadi jawaban.
Jangan Ada Dusta di Antara Kita.
Hal pertama dan utama, komitmen bersama. Ketika mulut telah
berikrar dan hati telah berjanji, tiada hal yang paling keji kecuali
mengingkari janji tersebut. Dalam menjalankan roda organisasi, jelas butuh
loyalitas dari pengurus dan anggotanya. Ini menjadi kunci pertama dan akan
berpengaruh kepada kondisi internal organisasi. Jika semua pengurus bisa
memegang teguh janjinya, berjuang hingga akhir, kejayaan akan mudah diraih.
Jangan Ada Ewuh di Antara Kita.
Rasa ewuh, sungkan memang baik, dan itu sudah menjadi
karakter orang Jawa. Tetapi jika tidak ditempatkan di tempat semestinya, hal
baik itu akan merusak semuanya. Sampah aja mesti diletakkan di tempatnya, iya
kan?
Jangan Ada Serik di Antara Kita.
Jika memang ada rasa tidak suka kepada seseorang, sebisa mungkin segera
dihilangkan. Karena rasa itu akan berpengaruh terhadap kenyamanan dan mungkin
juga keikhlasan dalam berorganisasi.
Jangan Ada LDR di Antara Kita.
Hubungan Jarak Jauh, seperti yang dijelaskan oleh calon Redaktur
Bahasa Edukasi, Baihaqi dalam tulisannya Pentingnya LDR bagi PU. LDR di
sini dimaknai sebagai hubungan jarak jauh, bukan pacaran jarak jauh, yang
artinya tak lepas dari komunikasi.
Sekarang ini, virus LDR telah menjangkiti beberapa kru Edukasi. Hidup
di satu kampus, satu kos, bahkan satu kamar tetapi seolah sedang menjalin hubungan
jarak jauh. Yang satu di Semarang, lainnya di Papua. Komunikasi menjadi terhambat
dan tujuan tidak tercapai.
Adanya LDR ini bisa disebabkan tiga hal di atas, dusta, ewuh
atau serik. Merasa tidak bisa menepati janji, akhirnya tidak membalas
pesan. Adanya rasa ewoh, membuat enggan mengangkat telpon. Rasa serik yang
menggerogoti hati, membuat malas dan acuh dengan semuanya.
Jika Ustadz Baihaqi mengeluarkan fatwa, pentingnya LDR bagi PU
kaitannya dengan senior dan alumni, maka untuk hal ini jangan ada LDR antara PU
dan anggota pengurus lainnya, pun antara pengurus satu dengan pengurus lainnya,
antara kru satu dengan kru lainnya. Bukan begitu? []
#WritingChallenge5 dengan tema LDR
Jangan Ada LDR di Antara Kita
Reviewed by Fahmi ASD
on
07.36
Rating:
Tidak ada komentar: