"Mendoakan anak itu jangan hanya biar pintar, tapi juga semoga menjadi anak yang sholeh/sholehah," pesan Mbah Ulil dalam acara mitoni 'jabang bayi' yang ada dalam kandungan istri saya.
"Karena banyak orang pintar malah minteri," lanjut Mbah Ulil.
"Yang makan uang negara itu orang pintar atau orang bodo?"
Selanjutnya, dalam acara mitoni, selain memohon doa kepada handai taulan, juga biasanya tuan rumah memberikan makanan dan juga berkat sebagai bentuk sedekah.
"Orang kalau banyak sedekahnya, pasti umurnya panjang, dan banyak saudaranya," nasehat mbah Ulil.
Kemudian Mbah Ulil memberikan analogi dengan ayam, ketela puhung dan pohon mangga.
Orang yang sering bersedekah bagaikan ayam petelur yang masih produktif. Selama masih bisa bertelur, ayam tersebut tidak akan disembelih.
Sama halnya dengan pohon mangga, yang buahnya ada di atas pohon. Bagaikan orang yang senang bersedekah. Karena buah mangga berada di atas, memudahkan untuk mengambilnya.
Berbeda dengan ketela puhung yang buahnya berada di dalam tanah. Ketela ini perumpamaan orang bakhil, senang menyembunyikan hartanya.
“Ya Allah Sang Pemberi Berkah, berkahi kami dalam umur, rizqi, agama, dunia, dan anak. Ya Allah Sang Penjaga, jaga anakku selama dia berada di perut ibunya, beri kesehatan pada dia dan ibunya. Engkau Sang Pemberi Kesehatan. Tiada kesehatan kecuali dari-Mu, tiada yang bisa mentakdirkan sakit dan bahaya. Ya Allah, bentuklah janin yang ada di perut ibunya dengan rupa yang baik, indah, dan sempurna. Tetapkan dalam hatinya keimanan pada-Mu dan rasul-Mu di dunia dan akhirat. Ya Allah, panjangkan umurnya, sehatkan jasadnya, baguskan akhlaknya, fasihkan lisannya, merdukan suaranya untuk membaca Al-Qur’an yang mulia dan hadits, dengan berkah derajat sang penghulu para utusan.”
Fahmi ASD | Turirejo, Demak | 6 Rajab 1441 H/1 Maret 2020
Mitoni
Reviewed by Fahmi ASD
on
08.07
Rating:
Tidak ada komentar: