www.anneahira.com |
“Katakanlah, wahai kalian orang-orang kafir,” (QS:
Al Kaafiruun: 1)
Sepintas tidak ada yang aneh dalam tulisan (terjemahan) di
atas, karena memang itulah yang selama ini kita lihat, baca dan ucapkan saat
menerjemah ayat-ayat suci al Qur’an maupun teks bahasa arab lainnya.
Sekarang coba kita perhatikan terjemahan “Allah tempat
bergantung.” Dalam kalimat ini yang menjadi syiyakhul kalam adalah
kata tempat. Kita ingat tentang konsep Ketuhanan, bahwa Allah, Tuhan
kita tidak bisa didefinisikan, tidak sama dengan makhlukknya, juga bukan tempat.
Bagaimana kalau kita terjemahkan, “Allah ialah kepada siapa kita bergantung?”
Atau kita perhatikan terjemahan, “Katakanlah wahai kalian
orang-orang kafir.” Bagaimana atau siapa itu orang kafir? Apakah
orang yang tidak percaya Tuhan? Tetapi di ayat selanjutnya dikatakan, “Aku tidak
menyembah apa yang kau sembah, dan Kalian juga tidak menyembah apa yang aku sembah.”
Adanya terjemahan seperti itu, ternyata ada kesalahan dalam
penerjemahan yang tidak kita sadari, dan itu dipakai dalam kehidupan kita sehari-hari.
Hal ini juga yang (mungkin) membuat bangsa Indonesia tidak memahami secara
mendalam konsep-konsep dasar dalam syariat Islam, seperti kata ridho, qonaah
dan ikhlas yang diartikan (diterjemahkan) dengan menerima, padahal sejatinya
ketiga itu berbeda arti dan maknanya. Atau kata Kiyai yang diterjemahkan
dengan orang yang sudah sepuh dan memiliki cukup banyak ilmu agama. Atau
kata Imam, Ustadz, Ummat dan lain sebagainya.
Semua itu berpangkal pada kesalahan kita dalam menerjemahkan
sebuah kata ataupun teks dari bahasa asing (khususnya arab) ke dalam bahasa
Indonesia. Terjemahan yang ada sekarang cenderung hanya alih bahasa secara harfiah
saja tanpa meperhatikan arti dan maksud dari kata/teks tersebut. Padahal sejatinya
menerjemah adalah untuk memberikan penjelasan, pemahaman, menyampaikan pesan
dan menjembatani orang yang tidak memahami bahasa asing itu, sehingga
mendapatkan pemahaman yang benar dan menyeluruh.
*Disarikan dari Perkuliahan Tarjamah III FITK UIN Walisongo dengan
Dosen Pengampu Bapak Dr. Ahmad Ismail, M.Ag.
Problematika Penerjemahan Bahasa Arab
Reviewed by Fahmi ASD
on
03.14
Rating:
Tidak ada komentar: