Sebagai seorang sivitas akademika dan
jurnalis kampus, crew Edukasi tidak hanya disibukkan dengan aktifitas
perkuliahan dan tugas-tugas saja, tetapi juga harus bisa menulis secara santai
dan serius di tengah eksistensi sebagai mahasiswa. Hal ini dikatakan sulit tidak,
mudah juga tidak. Ada banyak faktor yang mempengaruhinya, salah satunya adalah
lingkungan dan teman. Disampaikan Ubaidillah Achmad dalam Diskusi Santai LPM
Edukasi, Rabu (1/10) di Taman FITK Walisongo.
“Kita tdk boleh bertemu seseorang kecuali melakukan
dua perkara. Pertama, li ishlahil hal (untuk memperbaiki tingkah laku
kita-red). Kedua, Jangan sampai ketemu orang kecuali untuk li akhdzil ilmi
(mengambil ilmu-red),” papar Ubaid selaku Pembina LPM Edukasi.
Dari dua perspektif ini saya memilih Edukasi,
Kata Ubaid. “Saya berharap tumpahan-tumpahan intelektual bisa ditulis di Edukasi,
sekaligus membentuk karakter keilmuan,” imbuh PU Edukasi periode 1997 ini.
Dosen Pemikiran Islam ini juga menjelaskan,
bahwa untuk mengukur ide itu bagus atau tidak, ketika ide itu sudah terfikirkan
dan terbahasakan serta direfleksikan dalam bahasa tulisan. “Orang yang pandai
berkata tetapi belum ditulis belum teruji dan terpecah pemikirannya,” tegasnya.
Dahulu ada banyak ulama yang cerdas tetapi
tidak cakap dalam menulis, akhirnya hilang dari sejarah. Seperti ulama-ulama
fiqh yang terkenal hanya madzahibul arba’ah, salah satunya karena hanya
imam empat itu yang menghasilkan karya nyata.
Selain faktor lingkungan dan teman, yang bisa
menjadika seseorang hebat dan pandai menulis adalah karena gurunya yang hebat.
“Seperti Imam Syafii bisa hebat dan mempunyai banyak karya karena gurunya yg
hebat,” papar pria asal Rembang ini.
Diskusi semakin menarik saat memasuki sesi
tanya jawab. Ada beberapa mahasiswa yang bertanya, diantaranya Agus Adil (TF
2013) yang bertanya tentang makna menulis dan seperti apa tulisan yang bagus dalam
jurnalistik.
Zumrotus Saadah dan Ulin Nikmah (PAI 2014)
bertanya tentang menulis puisi yang baik. Dan M Riza (TK 2014) yang bertanya
apakah dalam menulis bisa menggabungkan antara logika dan rasa.
Dari pertanyaan pertama, Ubaid menjelaskan
kalau orang menulis itu dimulai dari kebebasan berefleksi, bukan karena
keterpaksaan. “Banyak manusia dipenjara kata dan bahasa. Maka bebaskan diri Anda
dari penjara kata dan bahasa. Karena tanpa disadari Tuhan kita adalah kata dan
bahasa,” paparnya.
Metode-metode menulis yang ada sekarang ini, di
satu sisi bisa membantu pemula untuk memulai menulis, tetapi di sisi lain akan menghancurkan
kreatifitas menulis. “Metode menulis itu tangga pertama, tangga tertinggi
adalah kebebasan kita berekspresi dalam menulis. Kata dan bahasa yang mewakili kehendak
kita, bukan orang lain,” tegasnya. Ubaid
melanjutkan bahwa seluruh pengalaman bacaan harus dikondisikan sebagai perkembangan
intelektual yang mengikuti pembaca, bukan pembaca yang mengikuti tulisan dan
bacaan itu.
Dalam menjawab pertanyaan kedua, Bapak tiga
anak ini mengatakan kalau menulis puisi tidak ada metodenya, karena puisi itu
nurani. Apa yang indah yang sedang kita rasakan bisa dipuisikan. “Puisi harus
ada hubungannya dengan rasa, bukan dengan otak (logika-red),” paparnya.
Dilanjut menjawab pertanyaan terakhir, Ubaid
menjelaskan dalam menulis ada tiga pendekatan. Pertama pendekatan filosofis, pendekatan
rasa sastra dan pendekatan akal/keilmuan.
“Dalam menulis kira-kira enak tidak secara
rasa? Ada keilmuannya tidak? Mendasar tidak? Tulisan itu dari rasa yang mendasar
atau kecamuk pikiran2 di luar,” jelasnya.
Dalam membentuk perspektif dan karakter
kepenulisan, rasionalisasinya ada debat dan diskusi. Keilmuannya ada wawancara
dalam bentuk indepth news, future atau staight news. “Tulisan
yang bagus itu yang mengalir dari hati, dan diterima oleh hati,” tuturnya.
Di akhir diskusi, Cucu Kyai Mutamakin ini
menyampaikan visi yang dia pakai ketika memimpin Edukasi tahun 1997 dulu, yaitu
bringing the future today. Mengambil cahaya gemilang masa depan untuk
hari ini.
Tulisan ini pernah dimuat di www.lpmedukasi.com
Tulisan ini pernah dimuat di www.lpmedukasi.com
Menulis; Bekerja untuk Keabadian
Reviewed by Fahmi ASD
on
04.53
Rating:

Tidak ada komentar: