Empirisme Al Ghazali Mendukung Teks Suci

Filsafat empirisme sangat besar pengaruh dan kontribusinya terhadap perkembangan dunia ilmu pengetahuan. Empirisme mengedepankan adanya pengalaman inderawi. “Jika empirisme dibandingkan dengan rasionalisme, sekitar 60% berbanding 40%,” ulas Ubaidillah Achmad dalam diskusi Malam Kamisan (3/12) di Kantor Edukasi.

Malam itu membincang sebuah konsepsi besar tentang filsafat empirisme beserta tokohnya, baik dari dunia Barat (Eropa) maupun dari Timur (Islam-red). Dari Barat ada beberapa tokoh terkenal seperti John Lock, Hobbes dan Sigmund Freud. Dari Islam ada salah satu tokoh yang terkenal dengan gelar hujjatul Islam yaitu Al Ghazali.

Dijelaskan Kang Ubaid -sapaan akrab Ubaidillah Achmad, Ada beberapa persamaan dan perbedaan antara empirisme Barat dan Timur. Empirisme John Lock misalnya menekankan adanya pengalaman gejala dan faktor inderawi, seperti indera pendengaran (telinga), penglihatan (mata) dan perasa (mulut). Begitu pula dengan Sigmund Freud yang kemudian melahirkan konsepsi tentang psiko analisa. “Empirisme Barat bertumpu pada adanya gejala dan faktor inderawi,” jelasnya.

Berbeda dengan empirisme Timur seperti konsepsi Al Ghazali yang tertulis dalam karyanya Al Khulashoh fi al Tasawuf, dalam empirisme tidak hanya gejala dan faktor inderawi saja, tetapi juga ada sumber dan faktor non inderawi. “Dalam istilahnya, filsafat al Ghazali memakai faktor indera luar (al Hissiyaat)  dan indera dalam (Idraakiyah),” terang  Kang Ubaid.

Al Hissiyat kurang lebih sama dengan gejala dan faktor inderawinya John Lock, sedangkan Idraakiyah (pendorong) ada tujuh macam, al Wahmu (asumsi), al Hissu (kepekaan/insting/indera keenam), al Khayyalah (imajinasi), al Mutakhayyalah (sesuatu yang diimajinasikan), al Hifdhu (hafalan), al Fahmu (pemahaman) dan al Dakhiyah (motivasi).

Dari konsepsi empirisme inilah, Al Ghazali memakainya untuk mendukung keutamaan teks suci al Qur’an. Kemudian dalam dunia ilmu pengetahuan dan penelitian timbul konsep bahwa aturan bersumber dari nilai (core values), tidak sebaliknya nilai muncul dari aturan-aturan yang dibuat.


Di sela-sela diskusi Kang Ubaid juga berpesan tentang pentingnya belajar dan menghidupkan komunitas epistemik dalam kampus, seperti belajar tentang filsafat empirisme ataupun rasionalisme (yang akan dikaji minggu depan). Ada sebuah maqolah, al ‘Ilmu fi al Diraayah laa fi al Riwayah. Al Dirayah dalam maqolah tersebut diartikan sebagai riset, lapangan penelitian yang tidak terlepas dari konsepsi empirisme dan rasionalisme.

Tulisan ini pernah dimuat di www.lpmedukasi.com
Empirisme Al Ghazali Mendukung Teks Suci Empirisme Al Ghazali Mendukung Teks Suci Reviewed by Fahmi ASD on 05.12 Rating: 5

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.